Sekitar pukul setengah delapan malam, orang berdesakan mengantri depan
loket untuk tiket arah ke Serang dan Merak. Stasiun Rangkas hari ini begitu
padat dan sesak, berbarengan dengan berakhirnya libur pekan. Baru juga
mengantri sebentar, loket ditutup, dengan wajah kecewa penumpang kereta ada
yang menggerutu, kesal dan ada pula yang sedih termasuk saya. Dengan
kebingungan langsung menanyakan pada petugas apakah masih ada transportasi ke
Serang, karena baru kali ini naik kereta arah rangkas dengan tiket habis. Petugas kereta menjawab, ada bis arah Serang dari Terminal Mandala
katanya.
Namun rejeki anak sholeh, ada yang menawarkan tiket arah Serang, karena
Mahasiswa tersebut tidak jadi naik kereta dengan alasan penuh. Tapi bagi saya
tiket itu sangat penting, bagaimana tidak.....sudah malam dan dengan tiket
kereta habis, saya mau menginap dimana, sedangkan saudara pun tak punya,
apalagi di Rangkas saya masih belum paham seluk beluk daerahnya, ditambah
celotehan penduduk lokal yang bilang bahwa bis jam segitu sudah tidak ada.
Bagi mereka yang penduduk lokal, tidak masalah berangkat besok pagi. Namun
yang saya belum paham, kenapa tiket dibatasi dan habis dalam waktu singkat, padahal banyak penumpang di Stasiun Rangkas dengan arah Serang dan Cilegon.
Setelah terburu – buru naik kereta, baru paham, bahwa kalaupun berdiri sampai
Serang akan sangat meletihkan. Bayangkan berdiri selama satu jam lebih dengan
kondisi kereta penuh sesak. Kalaupun tidak dibatasi akan semakin penuh dan
sulit mengatur penumpang.
Awalnya hanya mencoba alternatif lain untuk pulang dari Tangerang ke arah
Serang, dengan maksud lebih mudah dan nyaman serta terjangkau. Kereta Diesel
ini adalah satu – satunya transportasi yang memudahkan bagi penduduk lokal
maupun pendatang. Apalagi untuk para pekerja, pedagang dan pelajar terutama
Mahasiswa.
Kereta Diesel ini dulunya belum tertata rapi seperti sekarang, berdasar narasumber yang sering naik kereta dari Serang ke Rangkas, Kereta ini belum teratur baik dari pembelian tiket maupun kondisi kereta. Akhirnya saya bertanya pengalaman beliau untuk sekedar berbagi informasi tentang “Anker” yang sering disebut Anak Kereta katanya. Beliau ini berdomisili di Kota Lebak yang lebih terkenal dengan nama Kabupaten Rangkasbitung. Menurut beliau, Rangkas sebenarnya adalah nama Kecamatan di salah satu Kota Lebak. Namun karena penamaan dari transportasi baik Stasiun maupun bis adalah Rangkas, maka yang terkenal adalah Kabupaten Rangkasbitung.
Kereta Diesel ini dulunya belum tertata rapi seperti sekarang, berdasar narasumber yang sering naik kereta dari Serang ke Rangkas, Kereta ini belum teratur baik dari pembelian tiket maupun kondisi kereta. Akhirnya saya bertanya pengalaman beliau untuk sekedar berbagi informasi tentang “Anker” yang sering disebut Anak Kereta katanya. Beliau ini berdomisili di Kota Lebak yang lebih terkenal dengan nama Kabupaten Rangkasbitung. Menurut beliau, Rangkas sebenarnya adalah nama Kecamatan di salah satu Kota Lebak. Namun karena penamaan dari transportasi baik Stasiun maupun bis adalah Rangkas, maka yang terkenal adalah Kabupaten Rangkasbitung.
Sumber : liputanbanten.co.id |
Sejak Tahun 2012 awal beliau sudah menggunakan kereta. Sebelumnya kereta
belum ada AC dan masih kumuh, karena memang kondisi kereta yang seadanya dan
tidak ada pembaharuan berarti untuk peningkatan pelayanan untuk penumpang.
Waktu itu tiket pun kadang masih banyak yang tidak beli tiket / karcis, dan
hanya bayar di atas kereta dengan jumlah Rp. 1.000,- dan malah seringnya
gratis. Tidak ada denda untuk penumpang yang tidak membeli tiket, kecuali ada
petugas keamanan yang keliling gerbong untuk mengecek tiket, itupun jarang
sekali.
Jadwal kereta diesel dulu dari Merak ke Tanah Abang, dengan stasiun Rangkas
menjadi transit. Sedang jadwal Rangkas ke Tanah Abang sehari ada 8 (delapan)
keberangkatan yaitu pagi 3 jadwal, siang 3 jadwal dan sore 3 jadwal. Pemberangkatan
terakhir setengah 5 dan pulang terakhir jam 10 malam. Perjalanan dari Rangkas
ke Tanah Abang kurang lebih selama 3 jam. Dari Stasiun Merak dulu ada 2 buah
kereta, sebelum Stasiun Rangkas menjadi pokok dan mempunyai kereta
sendiri.
Untuk jadwal kereta dulu sampai sekarang hampir sama, ungkap penyuka olahraga ini. Terlambat beberepa menit maupun jam sudah biasa. Untuk keamanan kereta dulu sampai sekarang sudah berbeda jauh. Dengan penuhnya penumpang yang butuh akan transportasi mudah dan terjangkau pasti terdapat banyak kendala, seperti keamanan dan kenyamanan. Saran beliau, apabila kereta penuh, langsung saja ambil posisi tengah untuk kenyamanan dalam kereta, kalau tidak pasti menjadi sasaran pencopet atau kriminal lainnya. Dengan kondisi kereta penuh, memudahkan pencopet untuk mengambil dompet maupun barang penumpang. Maka antisipasinya dengan menggeser badan ke tengah atau ke kerumuman penumpang yang sekiranya aman.
Untuk jadwal kereta dulu sampai sekarang hampir sama, ungkap penyuka olahraga ini. Terlambat beberepa menit maupun jam sudah biasa. Untuk keamanan kereta dulu sampai sekarang sudah berbeda jauh. Dengan penuhnya penumpang yang butuh akan transportasi mudah dan terjangkau pasti terdapat banyak kendala, seperti keamanan dan kenyamanan. Saran beliau, apabila kereta penuh, langsung saja ambil posisi tengah untuk kenyamanan dalam kereta, kalau tidak pasti menjadi sasaran pencopet atau kriminal lainnya. Dengan kondisi kereta penuh, memudahkan pencopet untuk mengambil dompet maupun barang penumpang. Maka antisipasinya dengan menggeser badan ke tengah atau ke kerumuman penumpang yang sekiranya aman.
Namun selain kereta ini dulu sempat ada kereta Kalimaya dan Krakatau.
Kereta ini berangkatnya dari Merak. Namun harganya agak mahal Rp. 30.000,-
sampai Tanah Abang, namun apabila hanya berhenti di tengah misalnya tidak
sampai Tanah Abang hanya Rangkas sampai Merak Rp.15.000,-. Kereta hanya
berhenti pada stasiun tertentu saja seperti Cilegon, Serang, Rangkas,
Tigaraksa, dan tujuan terakhir Tanah Abang.
Seiring berjalan waktu transportasi
mengalami perubahan sejak tahun 2016 yaitu dengan bergantinya Direktur Utama PT
Kereta Api Indonesia yaitu Ignatius Jonan (sekarang Menteri ESDM yang
sebelumnya pernah menjabat sebagai menteri Perhubungan dari tahun 2014 - 2016)
sejak 2008 sudah banyak mengubah sisi per keretapian menjadi transportasi
paling nyaman. Sehingga KRL (Kereta Rel Listrik) Commuterline sampai ke daerah
Rangkas. Dengan jadwal lebih banyak dan lebih nyaman.
Sumber : travel.compas.com |
Kereta Diesel yang sekarang, lebih nyaman |
Kereta ini pun merupakan sarana paling mudah dan murah untuk blogger banten menyusuri daerah maupun transportasi bagi pelajar. Karena dengan sekali tiket ataupun Kartu Multi Trip dan Tiket Harian Berjamin ataupuj menggunakan tiket lain seperti Flazz card, E-Toll, E-Money, Brizzy, dan lain - lain tanpa perlu antri untuk pembelian tiket.
Perubahan ini disambut baik oleh masyarakat, selain semakin memudahkan
transportasi apalagi bagi para pekerja dan pelajar juga akses ke kota lebih
nyaman dengan satu kali perjalanan. Bagi masyarakat Rangkas, Kereta menjadi
transportasi paling pokok. Perputaran ekonomi pun berporos pada perubahan
kereta. Rangkasbitung adalah pasar untuk menengah kebawah, karena untuk barang
yang lebih bagus dan berharga diatas itu, dengan sekali naik kereta sudah
sampai ke Jakarta.
Disamping itu menurut salah satu “Anker” ini, walaupun transportasi menjadi
lebih mudah dan teknologi semakin canggih, tetap merasa kehilangan dengan
suasana kereta dulu. Seiring kemajuan teknologi, interaksi sosial sudah hampir
hilang. Keakraban antar penumpang yang dulunya saling mengenal dengan
komunikasi yang intens, sudah jarang terjadi. Lebih banyak bermain gadget
daripada mengobrol atau beramah tamah dengan penumpang lain.
Namun dengan perkembangan transportasi yang lebih mudah, sebaiknya jadwal kereta
dari Rangkas ke Merak begitu juga sebaliknya harusnya ditambah. Mengingat
banyak penumpang yang menumpuk pada satu titik hanya menunggu kereta yang dari
arah Merak dan jangan sampai hanya karena tiket yang terbatas jam nya, tidak
bisa pulang ataupun terhambat perjalanan nya.
#bloggerbanten
Tugasmenulis60hari+bloggerbantenbersama
Pengalaman saya naik kereta rangkas tidak menyenangkan. Banyak copet. Serem. Alhamdulillah sekarang jauh lebih baik
BalasHapus